PPWINEWS.COM , ACEH SINGKIL - Sejak pecah konflik bernuansa SARA 13 Oktober 2015 lalu, hari besar Umat Kristiani di Kabupaten Aceh Singk...
PPWINEWS.COM, ACEH SINGKIL - Sejak pecah konflik bernuansa SARA 13 Oktober 2015 lalu, hari besar Umat Kristiani di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh selalu dijaga ketat oleh aparat, terutama dari Polres Aceh Singkil dan Brimob.
Rumah Ibadah sepanjang jalan dari Lipat Kajang Kecamatan Simpang Kanan menuju Kecamatan Danau Paris juga dijaga ketat oleh Polisi bersenjata lengkap.
Tidak hanya itu, di beberapa titik juga terdapat pos-pos polisi pengamanan Natal, juga siap dengan senjata lengkap. Bahkan di beberapa Gereja di Aceh Singkil juga dikabarkan disisir oleh tim khusus penjinak Bom.
Pengamanan natal yang dilakukan oleh aparat kepolisian di Aceh Singkil dianggap berlebihan.
Ketua FPI Aceh Singkil, Tgk Hambalisyah Sinaga menyebutkan pengerahan pasukan dalam jumlah banyak itu bisa merepresentasikan keadaan Aceh Singkil seolah-olah berada di zaman perang yang mana bila ummat Kristen Natalan, dikhawatirkan ummat Islam akan menyerang, sehingga perlu dijaga ketat.
"Ini bisa menjadi representasi negatif. Seolah-olah di Aceh Singkil ada ribut-ribut. Seolah-olah ummat Islam sangat berbahaya, mengganggu natalan," kata Hambalisyah Sinaga dalam Relisnya yang diterima Ppwinews.com, Senin (25/12) di Aceh Singkil.
Masih menurut Hambali, pengerahan pasukan dalam jumlah banyak juga dapat mengubah paradigma masyarakat terhadap konflik bernuansa sara yang terjadi di tahun 2015 lalu.
"Kalau begini nanti paragdigma berubah. Akhirnya masyarakat bisa berfikir bahwa Aceh Singkil ini kacau, Aceh Singkil ini belum aman. Kalau natalan bahaya, rawan diserang ummat Islam. Padahal engga ada itu," sebut Hambali.
Pengamanan Natal di Aceh Singkil berbeda jauh dengan pengamanan Idul Fitri atau Idul Adha. Padahal kata Hambali, kalau dikaitkan dengan konflik bernuansa sara 2015 lalu, ummat Islam juga perlu dilindungi.
"Kalau kaitannya dengan konflik lalu, sebetulnya ummat Islam juga perlu dilindungi. Justru yang korban penembakan itu dari ummat Islam". Kata Hambali.
Maka dari itu, Hambali berharap kepada pemerintah dan pihak keamanan untuk dapat memperlakukan Aceh Singkil secara proporsional, sehingga kehadiran polisi di Aceh Singkil dapat membuat masyarakat berbeda agama merasa lebih nyaman.
"Kita berharap untuk Aceh Singkil tidak berlebihan. Aceh Singkil ini aman. Tidak ada konflik, jangan perlakukan seperti tidak aman," tegas Hambali. (***)